
Detrenz.com, Pontianak, 13 Desember 2025 — Badan Eksekutif Mahasiswa Se-Kalimantan Barat (BEM SEKA) menegaskan peran strategis mahasiswa sebagai penggerak perubahan daerah dalam Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) yang digelar di Kampus Universitas OSO.
Mengusung semangat “Akselerasi Gerakan Mahasiswa Bertoleransi dan Berkebudayaan di Kalbar Menuju Indonesia Emas 2045”, forum ini menghadirkan Sugioto, S.H., M.Kn sebagai pemateri utama yang secara khusus membedah tantangan dan peluang mahasiswa Kalimantan sebagai akselerator pembangunan di Tanah Borneo.
Kegiatan yang dihadiri unsur pimpinan daerah, akademisi, tokoh masyarakat, serta perwakilan mahasiswa lintas kampus ini menjadi ruang konsolidasi gagasan dan refleksi arah gerakan mahasiswa ke depan.
Dalam paparannya, Sugioto menegaskan bahwa mahasiswa Kalimantan memiliki posisi strategis, bukan hanya sebagai agen intelektual, tetapi juga sebagai jembatan antara pembangunan nasional, kepentingan masyarakat lokal, dan keberlanjutan lingkungan.
Sugioto mengawali pemaparannya dengan menyoroti beban akademis yang semakin kompleks. Kurikulum padat, tuntutan prestasi, serta ekspektasi orang tua, dosen, dan masyarakat kerap memicu tekanan mental mahasiswa.
Menurutnya, “tantangan ini harus dihadapi dengan kedewasaan berpikir melalui manajemen waktu yang baik, keterlibatan dalam komunitas belajar, kolaborasi proyek, serta kesadaran menjaga kesehatan mental”.
Fokus pada proses pengembangan diri dinilai menjadi kunci agar mahasiswa tidak terjebak pada tekanan semata, tetapi mampu tumbuh secara berkelanjutan.
Masalah keterbatasan akses informasi juga menjadi sorotan penting, di banyak wilayah Kalimantan, keterbatasan internet, fasilitas laboratorium, literatur, hingga minimnya mentor akademik masih menjadi hambatan nyata.
Sugioto mendorong mahasiswa untuk lebih adaptif dengan memanfaatkan sumber daya lokal, mengakses jurnal open access, membangun kolaborasi dengan pihak luar, serta aktif mendorong penguatan infrastruktur digital melalui peran kampus dan pemerintah daerah.
Dalam konteks persaingan global, Sugioto menilai mahasiswa Kalimantan tidak boleh merasa tertinggal, dunia kerja kini menuntut keahlian spesifik, kemampuan adaptasi teknologi, serta kemauan untuk terus belajar.
Mahasiswa didorong membangun keterampilan khusus, memperluas jaringan global, menguasai bahasa asing, dan menghadirkan inovasi lokal yang berdampak global, mulai dari isu pengelolaan sampah, energi terbarukan, hingga pengembangan ekonomi berbasis kearifan lokal.
Isu partisipasi kebijakan turut menjadi pembahasan krusial. Sugioto mencontohkan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur yang memiliki dampak besar terhadap sosial dan lingkungan.
Ia menekankan,” pentingnya peran mahasiswa sebagai jembatan komunikasi antara pemangku kebijakan dan masyarakat adat, guna meminimalisasi miskomunikasi, kesenjangan representasi, serta ketergantungan berlebihan pada pemerintah”.
Dampak lingkungan juga tak luput dari perhatian. Proyek pembangunan skala besar dinilai memiliki potensi risiko terhadap ekosistem hutan tropis, sumber daya air, dan kawasan pesisir, dalam hal ini, mahasiswa diharapkan hadir sebagai pengawas kritis sekaligus mitra solutif melalui edukasi publik, riset independen, dan kolaborasi dengan komunitas adat agar pembangunan tetap berpijak pada prinsip keberlanjutan.
Di sisi lain, Sugioto menegaskan besarnya potensi mahasiswa sebagai agen perubahan melalui inovasi dan kewirausahaan. Pemanfaatan teknologi untuk mengembangkan startup berbasis ecotourism digital, produk ekonomi lokal, serta promosi kreatif dinilai mampu menjadi motor pertumbuhan ekonomi daerah yang berkelanjutan dan inklusif.
Mahasiswa juga dipandang memiliki peran strategis sebagai duta budaya. Melalui digital storytelling, festival budaya, pertukaran pelajar, dan event kreatif, mahasiswa dapat memperkenalkan identitas Kalimantan ke tingkat nasional dan global, sekaligus menjaga nilai-nilai lokal di tengah arus globalisasi yang semakin kuat.
Menutup pemaparannya, Sugioto menegaskan bahwa,” mahasiswa adalah kekuatan akseleratif bagi kemajuan NKRI, dengan kapasitas intelektual, keberanian bersuara, dan kepedulian sosial, mahasiswa mampu menjadi pendorong peningkatan kualitas hidup masyarakat”.
Mengutip Nelson Mandela, “ia mengingatkan bahwa pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk mengubah dunia dan mahasiswa Kalimantan memegang peran penting dalam memastikan senjata itu digunakan untuk kemajuan Borneo dan Indonesia”.


